Main Bertiga dgn ABG Mal

Bagi pembaca yang baru kali ini membaca ceritaku, ijinkan aku memperkenalkan diri. Aku biasa dipanggil Wawan. Aku berumur 24 tahun dan saat ini masih berstatus mahasiswa di salah satu PTS di Jakarta. Sebuah status yang ingin secepatnya kutanggalkan, agar aku bisa segera menjadi sarjana. Tinggal skripsi yang masih menghadang langkahku.

Seperti telah kuceritakan pada cerita-ceritaku terdahulu, aku telah mempunyai bisnis sendiri, dimana hasilnya lebih dari cukup utk membiayai kuliah dan hidupku di ibukota ini. Termasuk tentunya untuk "biaya kenakalan laki-laki", hehe..

Siang itu aku sedang suntuk sehabis berjam-jam menghabiskan waktu di depan notebook untuk mengerjakan salah satu proyek dari klienku. Memang aku ingin secepatnya menyelesaikan proyek ini, mengingat nilainya yang cukup besar. Terbayang nikmatnya berlibur di Bali atau Lombok bila nanti telah menerima pembayaran dari klienku ini.

Karena perut sudah keroncongan, aku segera mengambil kunci mobilku dan pergi ke mal di daerah Jakarta Barat untuk makan siang. Memang di kulkas kamar kostku cuma tersisa sepotong pizza bekas semalam. Tiba di mal tersebut, aku menuju KFC untuk makan siang.

Seperti biasa, sehabis makan siang aku cuci mata melihat-lihat toko di mal tersebut. Setelah itu, aku mampir di studio 21 yang terletak di lantai 3 mal itu untuk melihat-lihat film yang sedang diputar. Memang rencananya kalau ada film yang bagus aku ingin nonton untuk refreshing sebelum memulai mengerjakan proyekku lagi nanti malam.

Saat memasuki lobby, setelah melewati lorong yang dipergunakan untuk bermain video-game, kulihat seorang gadis manis sedang duduk sendiri sambil memainkan handphonenya. Aku seperti merasakan "deja vu". Teringat olehku pengalaman beberapa waktu lalu saat mau menggoda seorang gadis sendirian di lobby studio 21, yang ternyata membawa cowoknya. Tetapi tak mengapa, aku sok nekat saja duduk di sebelahnya sambil tersenyum. Dia juga membalas tersenyum sambil kemudian kembali sibuk dengan hpnya.

"Ren..lo ada dimana sih ? Cepetan dong gue udah di lobby nih" katanya.
"Ya udah..cepetan deh" ujarnya lagi.

"Sedang nunggu pacar ya ?" tanyaku sok akrab
"Nggak kok mas. Teman." sahutnya singkat sambil tersenyum.
"Mas sendirian aja ?" tanyanya lebih lanjut
"Wah agresif juga nih cewek" pikirku. "Iya sendirian aja. Mau nemenin? Jalan yuk" tanyaku nakal.
"Mau ngajak kemana ?" tanyanya
"Jalan-jalan aja" sahutku. Dia tersenyum lagi menambah manis wajahnya yang berbibir tipis itu.
Aku punya perasaan dia ini ABG nakal yang sering nongkrong di mal-mal mencari mangsa.
"Oh ya, namanya siapa ?" tanyaku
"Elis" sahutnya sambil mengulurkan tangannya
"Wawan" kataku menyambut uluran tangannya. Kuperhatikan penampilan Elis, gadis manis ini. Rambutnya sebahu dgn wajah yang manis. Berpakaian kaos ketat dipadu celana jeans. Buah dadanya tampak menonjol ranum di balik kaos ketat yang dipakainya. Terbayang nikmatnya bila aku bisa merasakan kenyalnya buah dada ranum ABG manis ini.

"Nggak sekolah ?" tanyaku lebih lanjut
"Nggak sedang bolos. Males sih.."
"Emang sekolah dimana ?"
Dia kemudian menyebutkan salah satu SMU Negeri di wilayah Jakarta Barat.

"Hey..sori ya gue telat". Tiba-tiba seorang gadis menyapa.
"Sialan lo.., gue udah nunggu lama tau.." sahut Elis pada sang gadis.
Kulihat si gadis yang baru datang, dan mataku terkagum-kagum melihat penampilannya. Wajahnya sangat cantik, dengan rambut panjang, mirip dengan Ratu Felissa bintang sinetron remaja yang terkenal itu.

"Ren, ini kenalin teman gue" katanya mengenalkanku.
Kami segera berkenalan. Kemaluanku semakin berontak saat jemarinya yang halus sedikit kuremas saat kami berjabat tangan. Ternyata namanya Rena. Tanktopnya yang seksi semakin menambah hot penampilannya. Tetapi kulihat buah dadanya tidak sebesar kepunyaan temannya. Akan tetapi kulit tubuhnya yang putih mulus menyebar aroma seksual yang tinggi.

"Mau kemana nih mas ? Kita makan dulu aja yuk ?" ajak Elis.
Akhirnya kami bertiga pergi ke sebuah restoran fast food. Saat kami berjalan, banyak cowok yang memperhatikan tingkah laku kedua ABG ini dengan pandangan bernafsu. Terutama kepada Rena yang memang sangat cantik itu. Karena sudah makan, aku hanya memesan minum saja untukku, sementara mereka menikmati makan siangnya. Sambil menikmati pesanan masing-masing, kami berbincang-bincang. Kupancing-pancing mereka, agar aku yakin mereka bisa kuajak check-in nanti. Aku tidak mau kecele, setelah mengeluarkan uang banyak untuk mereka ternyata mereka tidak bisa dinikmati, hehe..

Ingin segera aku merasakan kehangatan dan kemulusan tubuh belia mereka. Akan tetapi, ternyata tidak semudah itu. Banyak proses yang harus dilalui, alias ada biaya yang harus dikeluarkan terlebih dahulu. Sesudah makan, mereka minta dibelikan pulsa HP, terus belanja baju, dll. Tetapi tak apalah, pikirku. Kebetulan baru minggu lalu aku menerima pembayaran dari salah seorang klienku. Memang kalau mau barang bagus ada harga yang harus dibayar. Apalagi terbayang nikmatnya apabila aku bisa menyetubuhi kedua gadis ABG ini secara bersamaan.

"Yuk jalan. Pusing nih di mal terus" kataku setelah mereka selesai berbelanja. Memang aku sudah menentukan limit pengeluaran bagi mereka. Disamping itu, aku sudah tidak tahan ingin segera menikmati tubuh seksi Elis dan wajah cantik Rena.

Mereka akhirnya setuju dan kami menuju tempat parkir. Kukebut mobilku menuju hotel jam-jaman langgananku.

=====

Singkat cerita, kami telah berada di dalam kamar hotel. Tak menunggu lama lagi, langsung kuraih wajah cantik Rena dan kulumat bibirnya. Leher dan pundaknya yang putih mulus segera kucium dan kujilati. Setelah itu, wajah manis Elis menjadi sasaranku. Saat kuciumi bibirnya yang tipis, kuremas buah dadanya dari balik kaosnya yang ketat.

"Buka dulu aja mas.." bisik Rena saat aku masih sibuk menikmati menciumi dan meremasi tubuh temannya.
"Bukain ya" kataku.

Aku menghentikan ciumanku pada wajah manis Elis, dan mereka berdua kemudian melucuti pakaianku.
Tak lama aku telah berdiri hanya dengan mengenakan celana dalam saja. Keadaan itu tidak berlangsung lama, karena jemari lentik Rena segera menarik celana dalamku. Kemaluanku yang telah menegang segera berdiri dengan gagahnya di depan kedua ABG ini. Mata mereka agak sedikit kaget melihat ukuran kejantananku.

"Besar sekali mas. Rena suka.." kata si ABG cantik sambil tangannya mulai mengocok-ngocok penisku perlahan. Sementara Elis tidak berkomentar, hanya bibirnya yang tipis sedikit terbuka. Matanya memandang kemaluanku dengan gemas. Mereka berdua telah berjongkok di depanku.

Rasa hangat segera menjalari kemaluanku saat Rena mulai memasukkan batang kejantananku ini ke dalam mulutnya yang mungil. Kepalanya mulai dimaju mundurkan menikmati kelelakianku. Kupandang ke bawah tampak wajah cantik gadis ini dengan pipi yang sedikit menonjol disesaki alat vitalku. Sementara Elis menciumi dan menjilati pahaku menunggu giliran.

Sesaat kemudian, Rena mengeluarkan penisku dari mulutnya, dan Elis langsung meraihnya dengan bernafsu. Dijilatinya terlebih dahulu mulai dari kepala sampai ke pangkal batangnya, dan perlahan dia mulai menghisap kemaluanku. Terkadang gadis seksi ini bergumam gemas saat menikmati kejantananku.

Aku tarik tubuh Rena sehingga dia berdiri di sebelahku. Kemudian kembali dengan gemas kuciumi wajah cantiknya. Rena dengan bergairah membalas pagutanku. Ciuman dan jilatannya kemudian beralih ke puting dadaku. Sementara kemaluanku masih menjejali mulut Elis, temannya yang seksi.

Wajah cantik Rena yang sedang menjilati puting dadaku membuatku semakin gemas ingin menyetubuhinya.

"Ayo buka pakaiannya dong sayang.." kataku.
Rena menurut. Dibukanya tanktop dan BH yang dikenakannya. Tak ketinggalan juga celana jeans ketatnya. Dia tampak semakin cantik dengan hanya memakai celana dalam hitam berenda.
"Biarin aja Ren., kamu lebih seksi pakai itu" kataku saat dia ingin membuka celana dalamnya.

Segera kutarik kembali Rena kedalam pelukanku. Kujilati puting buah dadanya. Memang buah dadanya tidak terlalu besar, tetapi bentuknya yang mencuat dengan puting merah mudanya sangat merangsang sekali.

"Ahh...ssstt..." erangan nikmat keluar dari mulut Rena. Erangan ini semakin keras terdengar saat jemariku mengusap-usap liang nikmatnya. Desahan Rena diselingi dengan gumaman nafsu Elis yang masih berjongkok menikmati kemaluanku.

Jemariku merasakan vagina Rena telah lembab oleh cairan nafsu. Wajahnya yang sangat cantik tampak menggairahkan saat dia mengerang-erang nikmat disetubuhi jemariku. Puting payudaranya juga telah mengeras karena jilatan lidahku. Ingin segera kusetubuhi ABG cantik ini.

"Sebentar ya Lis.."kataku sambil mencabut penisku dari jepitan bibir tipis Elis. Setelah itu, kutarik Rena menuju tempat tidur. Kusibakkan celana dalamnya, dan kuarahkan penisku ke dalam liang nikmatnya.

"Pelan-pelan ya mas.." desahnya perlahan.
Kemaluanku mulai menerobos alat vital ABG cantik ini. Erangannya semakin menjadi. Tangannya tampak meremas sprei ranjang. Mulutnya setengah terbuka, dan matanya terpenjam.

"Ahhhh...ahhhh" desah gadis cantik ini saat aku mulai menggenjot kelaminku di dalam alat vitalnya. Karena sempitnya kelamin gadis cantik ini, baru setelah beberapa kali genjotan penisku berhasil menerobos lebih dalam, walau mungkin hanya dua pertiga batang kemaluanku yang berhasil masuk. Ranjang mulai mengeluarkan deritan-deritan seirama dengan goyangan tubuhku menikmati sempitnya liang vagina Rena. Tubuh mulus Rena mengelinjang-gelinjang merasakan hujaman penisku yang menyesaki liang vagina gadis belia ini. Sementara Elis, temannya yang seksi dengan bergairah menonton adegan kami.

"Kamu buka juga dong Lis" kataku. Elis kemudian membuka kaos ketatnya dan celana jeansnya.
"Biarin aja pakaian dalamnya Lis.." ujarku lagi saat dia ingin membuka BHnya. Elis kemudian kuminta mendekat.

Kuhentikan hujaman penisku di kelamin Rena sejenak, dan kuminta dia merubah posisi. Aku segera berbaring di tempat tidur sementara si cantik Rena menaiki tubuhku. Diarahkannya kembali kelaminku ke dalam vaginanya.

"Ahhhh...." erangnya kembali saat penisku menerobos liang nikmatnya. Dia kemudian menggoyang-goyangkan tubuhnya menikmati kejantananku. Kuraih wajah manis Elis yang ada di sebelahku, dan kami langsung berciuman dengan bergairah. Kuremas buah dadanya yang besar, dan kuangkat daging kenyal ranum ini sehingga keluar dari cup BHnya. Tampak luar biasa seksi Elis saat itu, dengan wajahnya yang manis dan kedua payudaranya yang mencuat keluar. Puting susunya yang kecoklatan segera menjadi santapanku.
"Sstttthhhh....sstttt" erangnya saat kujilati dan dengan gemas kuhisapi buah dadanya yang kenyal itu.

Sementara Rena, temannya yang cantik, masih menggoyang-goyangkan tubuhnya yang mulus di atas selangkanganku. Matanya terpejam dengan wajah yang memerah menambah ayu wajah cantiknya. Tanganku memilin-milin puting buah dadanya. Sementara Elis mulai menjilati puting dadaku.

"Ahhhhh......" erang Rena panjang saat dia mengalami orgasmenya. Tubuhnya mengejang beberapa saat, kemudian lunglai di atas tubuhku. Kuciumi pundaknya yang putih halus beberapa saat, sebelum kugulingkan tubuhnya kesebelahku.

"Giliranmu Lis.." kataku. Elis langsung menghentikan hisapannya pada puting dadaku, dan dengan bergairah dia menggantikan posisi Rena. Disibakkannya celana dalamnya, dan diarahkannya kelaminku ke liang surganya.

"Ihhh..gede banget...iihhhh" desahnya saat penisku menerobos vaginanya. Ranjang kembali berderit keras saat dengan bernafsu Elis menggoyang-goyangkan tubuhnya menikmatiku. Buah dadanya yang kenyal berguncang-guncang menggemaskan saat ia menyetubuhiku. Terkadang karena gemas, kutarik tubuhnya agar aku bisa menghisapi puting payudaranya.

Bosan dengan posisi ini, kuminta Elis menungging sambil memegang tepian bagian kepala ranjang. Kusodokkan penisku kembali ke dalam bagian tubuhnya yang paling vital, dan erangan Elis kembali terdengar ditimpali dengan suara derit ranjang.

"Ihh..ihh.." desahnya saat kusetubuhi dia dari belakang. Pantatnya yang montok terlihat sangat merangsang. Sementara kulihat Rena tak berkedip melihat temannya sedang disetubuhi secara "doggy-style".

"Sini Ren" panggilku. Saat dia menghampiriku, langsung kembali kuciumi wajahnya yang sangat cantik itu. Sementara itu tanganku memegang pinggang Elis, temannya, sambil sesekali menepuk-nepuk pantatnya yang padat.

"Ihh..ihh.. Elis sampai mas...ihhhh.." erang Elis saat mencapai orgasmenya. Kulepaskan penisku dari dalam vaginanya. Sementara itu, aku masih sibuk melayani ciuman Rena. Penisku yang masih tegang sehabis menikmati vagina temannya, langsung diraih dan dikocok-kocoknya perlahan.

Sesaat kemudian kubalikkan tubuh Elis, dan kunaiki tubuhnya. Kujepitkan kemaluanku di antara gunung kembarnya yang besar. Kugoyangkan tubuhku menikmati kekenyalan buah dada Elis. Sementara Rena menyodorkan payudaranya ke mulutku untuk kunikmati.

Rasa nikmat yang luar biasa menjalari syaraf kemaluanku. Aku merasa sudah tak tahan lagi membendung orgasmeku. Kulepaskan pagutanku dari buah dada Rena, dan semakin cepat kugoyangkan tubuhku menikmati jepitan buah dada Elis. Tak lama kemudian, aku menjerit nikmat saat berejakulasi di buah dada ranumnya.

=====

Setelah membersihkan diri, kami bertiga tiduran sambil istirahat di atas ranjang. Elis di sebelah kiriku dan Rena di sebelah kanan. Aku masih telanjang, sementara mereka hanya mengenakan celana dalam saja. Elis telah melepas BHnya yang basah karena ejakulasiku.

"Mas mainnya hebat banget ..." kata Rena sambil tersenyum manis.
"Iya..kita berdua aja dibuat kewalahan..."sahut Elis sambil mengusap-usap dadaku.

"Habis kalian cantik-cantik sih. Jadi nafsu nih" jawabku asal.
"Pasti ceweknya si mas puas banget ya Lis.." kata Rena pada temannya.

"Yang gemesin ini lho..gede banget ukurannya. Coba cowokku segede ini.." kata Elis sambil mulai mengusap-usap kemaluanku.
"Iya.Rahasianya apa sih mas ? Biar nanti Rena kasih tahu cowok Rena, supaya bisa bikin Rena puas.." Tangannya yang halus juga mulai merabai kemaluanku yang mulai menegang kembali.

"Mas, buat kenang-kenangan Rena video ya.." ujar Rena tiba-tiba, sambil bangkit mengambil HPnya.
"Jangan ah. Udah nggak usah" tolakku.
"Ah..nggak apa mas. Habis mr.happy-nya gemesin banget deh..Rena nggak ambil mukanya kok.." sahutnya.
"Awas, bener ya. Jangan kelihatan mukanya lho" kataku.
"Mas berdiri di sini aja biar lebih jelas. Terus elo isepin Lis.. Ntar gantian" katanya bak sutradara kawakan.

Kuturuti kemauannya. Aku bangkit dan berdiri di samping ranjang. Elis kemudian berjongkok di depanku, dan mulai menjilati kemaluanku.

"Rambut lo Lis..jangan nutupin" kata Rena sambil mulai merekam adegan itu.

Kubantu Elis menyibakkan rambutnya, dan dia mulai mengulum kemaluanku. Kunikmati jepitan bibir tipis Elis di batang kemaluanku. Tangannya yang halus mengelus-elus buah zakarku.

Rena merekam adegan kami dengan antusias. Aku mengerang nikmat, sambil tanganku membantu menyibakkan rambut Elis yang sedang sibuk menikmati kemaluanku. Cukup lama gadis ABG seksi ini menyalurkan nafsunya.

Sementara tampak Rena sangat terangsang melihat temannya menikmati penisku.

"Lis..gantian gue dong.." katanya beberapa saat kemudian.
Hpnya diserahkan ke Elis, dan gantian Rena sekarang yang berjongkok di depanku. Disibakkannya rambutnya kesamping agar temannya dapat merekam adegan dengan jelas. Dijilatinya perlahan seluruh batang kemaluanku. Lubang kencingku digelitik dengan lidahnya, kemudian mulutnya mulai mengulum perlahan batang kemaluanku.

"Jangan pakai tangan Ren.." kata Elis yang sedang merekam adegan kami.
Rena kemudian melepas tangannya yang memegang batang kemaluanku, dan ia memaju mundurkan kepalanya menikmati jejalan penisku di mulutnya. Sesaat kemudian dia mengeluarkan kemaluanku dari mulutnya dan, tetap dengan tanpa memegang penisku, menjilatinya sambil bergumam gemas. Kemudian dihisapnya kembali kemaluanku dengan bernafsu.

Mendapat perlakuan seperti ini bergantian dari kedua gadis belia, aku merasa tak lama lagi akan mencapai kepuasan.

"Arrghh.. hampir sampai nih.." erangku.
"Mas yang ambil ya.." kata Elis sambil menyerahkan hp padaku. Dia kemudian berjongkok bersama dengan Rena. Diambilnya penisku dari mulut temannya dan dikocok-kocoknya.

Aku tak tahan lagi. Sambil merekam adegan, aku berejakulasi membasahi wajah manis kedua gadis ABG ini.

-------------------

Setelah beristirahat sejenak, aku memesan minuman. Sambil menunggu pesanan datang, aku meminta hp Rena. Aku ingin memastikan wajahku tidak terlihat di rekaman video yang tadi diambil.

Kami mengobrol beberapa lama di kamar hotel itu, sebelum beranjak pulang menjelang malam. Kuantar mereka kembali ke mal tempat aku bertemu dengan mereka. Kuberi mereka uang taksi secukupnya.

"Makasih ya Mas. Sering-sering telpon kita ya.." ujar Rena saat turun dari mobil.
"Ok, daaggh.." kataku pada mereka berdua.

Aku segera menjalankan mobilku kembali menuju tempat kost. Sehabis makan malam, aku melanjutkan mengerjakan proyek dari klienku. Pikiranku telah menjadi fresh kembali setelah diservis oleh Rena dan Elis, ABG Mal yang cantik.




Rini hadiah spesialku
Hujan turun deras sekali penglihatan sedikit kabur karena kaca mobil tertutup embun yang menempel dikaca depan. AC kunyalakan walaupun udara terasa dingin menusuk tulang. Saat itu sudah jam 7.30 pagi jadi sudah tak mungkin lagi menunda untuk berangkat kekantor apalagi jam 8.00 ada janji meeting dengan client.
Mobil kujalankan pelan dan hati hati, maklum jalan didepan rumah tidak begitu lebar. Dari rumah ke jalan raya tidaklah begitu jauh setelah satu tikungan kekiri maka akan kelihatan sebuah kaca spion besar warna merah diperempatan jalan dan itulah jalan raya yang akan membawa arah perjalananku menuju kantor.
Persis ditikungan sebelah kiri didepan sebuah wartel seseorang melambaikan tangan meminta aku berhenti untuk minta tumpangan. Aku tidak bisa melihat dengan jelas wajahnya karena terhalang hujan yang sangat deras, tetapi dia berambut sebahu dan berseragam SMU.

Mobil kupelankan, dan tanpa tunggu aba aba lagi dia lansung membuka pintu depan dan duduk disebelahku. “ ma’af Om saya kehujanan, dari tadi nunggu angkot penuh melulu… ya dari pada terlambat terpaksa mobil Om ku stop, sorry ya Om “. Dia berkata polos sambil mengibaskan rambutnya yang menempel di kerah baju karena basah.
Sekilas tanpa sengaja tengkuknya kelihatan, putih … bersih .. dan ditumbuhi rambut rambut halus yang mebentuk satu garis lurus ditengahnya.
“ Ngak apa apa kok, memang hujan hujan begini angkotnya jadi sulit, apalagi diujung jalan sana biasanya kan banjir, jadi sopir angkot jadi enggan lewat sini”. Aku menjawab seadanya sambil kembali konsentrasi melihat jalan yang sudah digenangi air hujan.
“ Om kantornya dimana ? “ dia memecah kesunyian.
“ Di daerah kuningan, memangnya kamu sekolah dimana ? “ aku bertanya sambil melirik wajahnya. Wow rupanya seorang bidadari kecil sedang duduk disebelahku, wajahnya sungguh cantik. Bibirnya tipis kemerahan, hidungnya runcing dan mancung sedangkan alis matanya hitam melengkung tipis diatas matanya yang bulat bersinar.
Aku sedikit gugup dan kehilangan konsentrasi, mobil tiba tiba memasuki genangan air yang cukup dalam. Air terbelah dua dan muncrat kepinggir seperti gulungan ombak pantai selatan.

“ Hati hati Om, banyak genangan dan licin ……! Kita bisa slip nih “ dia mengingatkan sambil menepuk pundakku.
“ I I I ii ya “ jawabku sedikit tergagap.
“ Kamu sekolah dimana ? “ ku ulangi pertanyaan yang belum dia jawab sekedar menghilangkan rasa kaget dan gugup yang datang tiba tiba.
Perempuan memang makhluk yang luar biasa, aku sudah terbiasa menghadapi banyak ragam perempuan, mulai dari yang centil di karaoke, yang kenes di bar-bar sampai mantan pacar dirumah, tetapi kok aku tiba tiba seperti menjadi seperti seekor tikus di incar kucing dihadapan seorang anak SMU ? Aku merasa kehilangan bahan pembicaraan , padahal dikantor aku terkenal tukang bikin ketawa dengan omonganku yang suka ngelantur.
“ Di ………….. “ dia menyebutkan sebuah sekolah didaerah Mampang Prapatan.
“ O … kalau begitu kamu bisa ikut sampai timah, nanti tinggal nyambung naik metromini “
Rasa gugupku mulai hilang, pengalaman sebagai tukang cipoak berhasil mengontrol dan mengembalikan rasa percaya diriku.
“ Makasih Om, kalau sudah sampai situ sih …… gampang, jalan kaki juga ngak jauh kok
“ E ngomong ngomong kamu tinggal dimana sih, kok rasanya saya ngak pernah lihat kamu selama ini “.
“ Terang aja ngak pernah Om , orang aku baru pindah kok “ Dulu aku sekolah di Kudus sama Ibu, tapi …………” dia terdiam dan kelihatan wajahnya seperti menyembunyikan sesuatu, apalagi aku dan dia sama sekali belum berkenalan.
“ Oh ….. pantas aja dong, e ee nama mu siapa “ aku bertanya tiba tiba agar dia tidak merasa jengah karena aku tau dia tidak mau meneruskan cerita tentang masa lalunya di Kudus sana.

“ Rini Om, Rini Kusumawardhani.”
“Wah ………… itu betul betul sebuah nama yang pas buat kamu “ aku mulai melepaskan tembakan pertama sambil tersenyum semanis mungkin, ha ha ha ha ha awas ada semut.
“ Ah….. Om bisa aja ” dia menjawab sambil tersipu. Woooooouuuuu …………. Hatiku meronta melihat rona pipinya yang tiba tiba memerah bak awan senja diufuk barat “
Awan diufuk barat merah apa kuning ya !!!!! sebodoh amatlah …………………………..
“ Tolong ambilkan uang di box dibawah tape itu Rin, buat bayar toll “
Dia menundukkan badan untuk menjangkau uang dalam didalam box , aku melirik kekiri, tiba tiba pemandangan indah terbentang disela sela kerah bajunya. BH ukuran sedang terisi dengan sempurna oleh gelembung payudara yang kelihatan tambah putih dibalik baju seragamnya.

“ Yang ini Om…… oup “ tiba tiba dia menyadari aku sedang menatap kedua payudaranya yang kelihatan jelas dari balik kancing baju yang terbuka diurutan paling atas.
“ Ma af, …. iya yang itu….. yang lima ribuan “ aku menjawab sambil memalingkan muka dan lansung menginjak rem karena mobil didepan berhenti tiba tiba.
Tangan kanannya yang tadinya akan menutup kerah baju tiba tiba menggapai sesuatu untuk pegangan agar dia tidak terantuk ke dashboard mobil yang kurem secara mendadak.

Kali ini dia berteriak kecil “ Ma af Om a aa aaku ngak sengaja “ tiba tiba dia menutup muka dengan kedua tangannya karena malu dan jengah, soalnya sewaktu mencari tempat berpegangan tadi, tangannya masuk kesela sela pahaku dan dia memegang sesuatu yang sedang bergerak tumbuh menjadi keras nun dibalik cd ku.
Aku merasakan hentakan yang luar biasa keluar dari pangkal pahaku menjalar ke batang penis dan terus bergerak bagai kilat ke arah kepalanya, gerakan itu begitu dahsyat dan tiba tiba akibat terpegang oleh tangan halus si Rini. Ruisleting celana ku seperti didorong sesuatu sehingga menonjol runcing kedepan dan hapir mentok di stir mobil.
Alah mak. Jan ………… kepalaku atas bawah berdenyut kencang, tetapi klakson mobil dibelakang mengejutkan aku agar segera memberi jalan.
“ Oi .., pacaran jangan di toll, no pergi ke …” sisopir mengumpat sambil menyebutkan sebuah nama pantai yang terkenal sebagai surganya mobil goyang.
Itu adalah awal perkenalanku dengan Rini, gadis Kudus kelas 3 SMU di Mampang Prapatan. Semenjak itu hampir tiap pagi Rini dengan setia menunggu didepan wartel untuk berangkat bareng dengan mobilku.
Kami mulai bercerita tentang keadaan masing masing, rupanya dia pindah ke Jakarta ikut pamannya karena orang tuanya bercerai dan Ibunya tidak sanggup membiayai sekolahnya.

Di Jakarta dia hidup sangat prihatin, maklum tinggal dengan orang lain walaupun dia paman sendiri tetapi tentu saja sipaman akan lebih memperhatikan kepentingan anak serta istrinya terlebih dahulu sebelum buat si Rini.
Hampir tiap hari dia hanya dibekali uang yang hanya cukup buat ongkos angkot sedangkan buat jajan dan lain lain adalah suatu kemewahan kalau memang lagi ada.
Hari demi hari berlalu dengan cepat dan aku dengan Rini kian dekat saja, kalau dia disekolah ada kegiatan ekstrakulikuler maka pulangnya dia akan mampir ketempat kerjaku, maklum kantorku berada diatas sebuah plaza yang cukup besar.
Tugasku sebagai salah satu manager dengan gampang bisa kutinggalkan 1 atau 2 jam toh ada sekretaris yang ngurusin. Aku juga tidak menegerti kenapa Rini jadi begitu dekat denganku, kami jalan bersama, nonton makan dan adakalanya dia minta dibeliin sesuatu, seperti baju ataupun parfum. Tetapi itu tidak terlalu sering yang paling dia harapkan dari aku adalah perhatian karena pernah satu hari dia terus terang bicara.
“ Om maaf ya kalau 2 minggu kemaren Rini ngak nemui Om dan juga sama sekali ngak ngasih kabar “ dia berhenti sejenak sambil menatap aku, saat itu kami sedang berjalan dipantai Ancol, dia memegang erat lenganku sambil menyandarkan kepalanya.
Tanpa dia sadari tangan kiriku sudah berulangkali menyentuh ujung payudaranya apalagi ketika dia semakin erat merangkul. Payudara itu begitu kenyal dan kelelakianku tiba tiba mulai terusik.

“ Memangnya ada apa “ aku menjawab sambil mengajak dia duduk disebuah bangku tembok dibawah pohon kelapa.
“ Tadinya Rini sudah mau berhenti sekolah, habisnya uang sekolah udah 2 bulan tidak dibayar dan buat beli buku juga ngak punya “. Dia merenung sambil memandang jauh ketengah laut yang ditaburi kerlap kerlip lampu nelayan dan sesekali kelihatan lampu pesawat yang hendak turun di Sukarno Hatta.
“ O ….. itu masalahnya, lantas kenapa kamu ngak ngomong aja sama Om “
“ Ngak enak Om, ntar dikirain saya matre lagi………………..” dia menjawab sambil tersenyum.
“ Rini….. gini aja deh, kamu kan udah tau kalau Om mau Bantu kamu, tapi kalau kamu ngak bilang,…….. ya terang aja Om ngak tau ! iya yoh ? “
“ Makasih Om .. terus terang memang Rini mau minta tolong Om untuk yang satu ini. Om ngak usah mikirin mau Bantu yang lain deh, tapi aku akan berterimakasih sekali kalau Om bisa menyelamatkan sekolahku … itu aja.”
Dia tertunduk, wajahnya begitu sendu dan sorot matanya hampa tanpa gairah. Aku begitu terenyuh melihat seorang Rini yang hari harinya seharusnya dihiasi oleh tawa ceria dan penuh optimisme ternyata harus menanggung beban demikian berat.
“ Oup …….” Rini berteriak kecil karena kaget ketika kupingnya kutiup untuk memutus siklus lamunannya.

“ Om nakal ya……………….. “ dia menepuk bahuku dengan mesra dan akhirnya malah memeluk aku.
Bau harum tubuhnya memenuhi rongga hidungku dan membangkitkan keinginan untuk balas memeluknya. Kuraih bahu kirinya kurebah kan dia dia atas kedua pahaku, dia sedikit kaget, ingin menolak tetapi itu terjadi demikian cepatnya. Akhirnya Rini meraih tangan kiriku dan entah sengaja atu tidak tanganku didekap erat didadanya. Oooooooh …lembutnya daging itu, payudara muda yang masih segar dan ranum telah mengalirkan sensasi elektrik ribuan vol kesekujur tubuhku.

Aku yakin Rini merasakan sesuatu yang bergerak menyentuh punggungnya, karena posisi tidurnya persis tepat di atas batang penisku. Aku tahu itu karea Rini berusaha mengangkat pungungnya untuk kembali duduk dan wajahnya kelihatan memerah…………malu. Tapi dengan lembut gerakan duduknya kutahan dengan menekan dadanya.
“ Rin … udah tidur aja ………… nih Om kipasin biar ngak gerah” aku hanya sekedar bicara karena jujur aja otakku sudah ditaburi bayangan lain yang lebih seru. Tapi kuyakinkan diriku “ Ini si Rini yang sama sekali belum berpengalaman, sedikit saja kamu salah langkah akan bubar semuanya . Sabar ………….sabar, gunung ngak usah dikejar emang dia ngak pernah lari kok”.

Dia kembali tidur dipangkuanku dan sekarang dia malah membiarkan tanganku menekan ke dua payudaranya. Kulihat nafasnya mulai tidak beraturan ketika pelan pelan tanganku bersentuhan dengan pucuk payudaranya. Ini adalah pengalaman pertama buat payudaranya disentuh tubuh laki laki. Walaupun itu hanya dari balik baju dan BH, tetapi buat Rini yang baru pertama merasakan, sudah membuat dia sulit bernafas karena mulai terangsang.
“ Rin kita pulang yok , udah jam 8 nanti pamanmu bingung dan lapor polisi’. Kataku sambil bercanda.

“ Nati aja Om…. bentar lagi, Rini masih ingin disini 2 jam lagi.” dia makin erat memelukku.
“ Oupt …… besok besok kita bisa jalan kesini lagi, tapi kalau kamu dimarahin karena terlambat pulang, ya……….. kita akan kesulitan untuk jalan jalan lagi.”. aku berkata sambil mebangunkan Rini dari pangkuanku.
“ Ok deh Om………. “ dan secepat kilat dia mengecup pipiku…………… aku hanya bisa terdiam kaget, karena ngak nyangka. Persis kayak kagetnya Bush ketika WTC di bom Alqaedah.

“ Lho kok bengong Om … katanya mo pulang…… ayo “ Rini menarik tanganku.
“ Ayok……… “ kami berjalan berdekapan.
Dua tahun sudah berlalu, hari itu hari Jumat dan Rini memberitahuku agar aku menemuinya di tempat biasa kami ketemu, disebuah café dibawah kantorku jam 4 sore.
Aku sampai disitu persis jam 4, tapi aku ngak lihat batang hidungnya si Rini, tiba tiba ada bisikan lembut dibelakang kupingku.
“ Surprise……………………. “ aku sempat ngak percaya dengan apa yang kulihat. Seorang wanita cantik dengan celana jean dan kaos ketat berdiri didepanku. Pahanya yang panjang dan mulus terlihat jelas dibawah balutan celana jean. Disela pahanya tergambar jelas belahan kewanitaan yang belum pernah tersentuh laki laki. Kaos ketat mempertegas beberadaan dua gunung kembar didadanya, sedangkan bagian bawah kaos yang sedikit pendek memperlihatkan kulit putih, bersih dan dihiasi sebuah tahi lalat kecil tepat di bawah pusar . Oh ………………. Sungguh pemandangan yang indah dan langka.
“ Jangan ngliatin gitu dong Om ……….! emangnya ngak pernah lihat orang pakai jean ?
“ Sorry, Rin ….. kamu luar biasa, membuat Om jadi linglung “.
“ Ah jangan ngerayu ah……”
“ Ngak kok, hei kenapa tiba tiba kamu tampil beda begini ?” aku bertanya sambil menggamit tangannya untuk mencari tempat duduk.
“ E h e m……….ada yang lupa rupanya, hari Ini aku bukan anak SMU lagi, aku udah lulus, lulus , lulus dan merdeka dari segala pasungan dan aturan sekolah …..katanya sambil berlagak kayak Rendra baca puisi.
“ Eh ingat kita lagi di café……. tuh lihat tuh orang orang pada mandangin kamu…….”
“ Sorry lah ………….. , habisnya hanya dengan Om aku bisa berbagi rasa jadi jangan salahkan daku kalau ngak bisa nahan diri”.
“ Om ku yang baik, hari ini aku ngucapin terimakasih yang sebesar besarnya, karena kalau bukan Om yang Bantu udah pasti sekolahku berantakan”.
ia berdiri dari kursinya dan dengan cepat memberikan ciuman ringan dipipiku.

“ Rin , ngak enak dilihatin tuh “ aku berlagak alim lah dikit.
“ Justru karena banyak yang lihatin Rini brani nyium Om , kalau ditempat yang sepi …….. wah bisa bahaya dong………. Dia mencubit hidungku dengan gemas.
Aku bisa menduga isi fikiran orang orang disekitar kami “ Lha ini bapak sama anak atau Om sama ………..pacar mudanya ya !”
Mereka ngak salah, Rini adalah seorang gadis cantik yang sedang tumbuh, sedangkan aku adalah laki laki “ Tua sih belum tapi muda udah lewat “ ibarat mangga udah mengkal kata orang Betawi , udah ngak enak dirujak.
Tapi waktu, tempat dan kesempatan mempertemukan kami sehingga membuat kehidupan saling mengisi dan malah sudah saling membutuhkan. Aku butuh semangat dan gairah muda yang berkobar dari Rini sedangkan dia butuh tempat berlindung yang kokoh dan teduh dari aku…………….. klop deeeeh.
“ Hei jangan nglamun “ Rini mencubit pahaku ketika pelayan sudah berdiri tepat didepanku tapi aku tidak menghiraukannya.
“ O h oh oh ……iya Mbak …….es jeruk buat aku dan klapa kopyor itu buat dia “ aku memberitahu mbak pelayan sambil menunjuk Rini.“ Om …. Kalau kali ini Rini minta sesuatu boleh ngak ! “
“ Kenapa tidak…kalau Om sanggup pasti Om kabulkan”
“ Sebetulnya Rini mau memberikan satu hadiah spesial buat Om tapi sebelumnya Rini minta sesuatu dulu… gimana Om ?”.
“ Ok ngak masalah”,. Jawab ku sambil mempersilahkan dia minum.

“ Rini tau kok, Om ngak pernah mau ngerayain HUT Om , tapi kali ini Rini minta sebagai hadih juga buat Rini kita rayain ya ! “. Kulihat wajahnya sangat berharap.
Betul sekali, aku mamang paling ngak suka dengan yang namanya pesta HUT gitu, jadi wajar saja kalau aku lupa hari itu aku sebetulnya ulang tahun.
“ Well …… kita mau ngerayain seperti apa, dimana degan siapa aja Rin ? “

“ Maksud Rini kita rayain berdua aja, gimana kalau kita cari tempat yang jauh dari keramayan agar lebih leluasa ? kayak dipantai gitu ! “ belum sempat kujawab Rini sudah ngrocos lagi.

“ Jangan kawatir, Rini tadi udah pamit mau nginap dirumah teman sama paman “
Dia seperti bisa membaca jalan fikiranku.
“ OK apa kita mau ke Ancol ! “
Jangan Om disana terlalu ramai, Rini ingin ke Merak disana kita bisa lihat ferry keluar masuk dermaga sepanjang malam “
Setelah telpon kerumah memberitahukan bahwa aku ada rapat dinas, maka kami lansung tancap gas ke Merak. Disitu ada sebuah hotel pantai yang memang sudah tidak terlalu bagus lagi karena termakan usia, tetapi sangat strategis, tempatnya dipinggir jalan raya dan menghadap lansung ke selat Sunda dan Pelabuhan ferry.
Setelah mandi, Rini tidak lagi paklai jean ketat, tetapi rupanya dia sudah siap dengan baju tidur putih setengah transparan sehingga lekuk tubuh dan tonjolan dadanya begitu jelas.
“ Rin … Om masih penasaran kamu mau ngasih hadiah spesial apa sih sama Om “ aku bertanya sambil telentang ditempat tidur.
“ Nanti ajadeh………….. Om pasti bakal tau juga “ Rini merebahkan diri disamping kanan ku.

Tiba tiba kami saling menghadap sehingga wajah kami hampir bersentuhan. Aroma nafasnya menerpa hidungku dan bau mulutnya yang wangi membuat gelora hasratku terpancing.

Kulingkarkan tangan kiriku ketubuhnya, dia diam dan malah memejamkan matanya. Pelan tapi pasti bibirku menyentuh bibir Rini dengan lembut. Rini seperti tersentak tiba tiba. Tubuhnya sedikit mengigil dan nafasnya jadi memburu.
Kuhentikan gerakan bibirku persis diantara kedua bibir Rini, ujung lidahku kudorong keluar sedikit demi sedikit dan bibir Ranum itu mulai kujilati dengan penuh perasaan.
Aku sengaja mengontrol gerakan dan keinginan ku sedemikian rupa agar Rini dapat merasakan suatu sensasi kelembutan yang membuai dan akan membuat dia terhanyut dalam kenikmatan.

“ Rin …. Boleh ngak Om teruskan ? “ aku berbisik sambil mengecup kupingnya.
Tubuhnya bergetar dan posisi tidurnya tidak lagi menghadap aku tetapi bergerak telentang dalam dekapanku.

“ Ngak pa pa Om terus aja “ Rini menjawab disela deburan jantungnya yang menggila.
Aku segera mengecup kulit putih tepat dibelakang telinganya, Rini mengerang “ Om ……. geli ………… bulu roma Rini jadi berdiri semua “
“ Ngak papa Rin “ aku menjawab sambil terus mengerakkan bibir dan lidahku meluncur di lehernya yang jenjang.
Leher mulus itu kujilat dengan lembut dan pelan, terus turun.. turun……… dan Ouh……..Baju tidur Rini tiba tiba terbuka dibagian dadanya, buah dada itu begitu ranum, kulitnya putih dan halus, disekitar putingnya berwarna coklat kemerahan, ditumbuhi bintik bintik putih halus melingkar memagari ptuing susunya yang kehitaman dan sudah berdiri egak.
Sungguh satu pemandangan yang sangat indah melihat payudara muda dan baru pertama mengalami ransangan sexual. Bentuknya masih bulat dan padat mebuat aku tidak sanggup lagi menahan diri.
Putting muda itu kuhisap dengan lembut dan tubuh Rini kembali bergetar .
“ Oooouhhhhh Om………….. Rini ngak tahan Om. ”
“ Ngak tahan apanya Rin “
“ Ngak tau Om …………. ngak tahan aja “
Aku lupa kalau Rini belum pernah mengalami ransangan seperti ini.

“ Ngak pa pa Rin jangan ditahan………. Kalau Rini ngerasa sesuatu ikutin aja “ aku berkata sambil memutarkan jempol dan telunjukku keputing susunya.
“ Om…….. terus Om………. “
“ Iya Rin. Tapi bajunya buka dulu ya…. “
“ Terserah Om ……….. aja “
Semua pakaian Rini kulucuti begitu juga aku, kami sekarang telanjang lonjong eh ………..bulat.

Tubuh putih polos Rini sekarang terhidang pasrah dihadapanku. Sementara penisku sudah mulai teler mengeluarkan cairan putih bening pertanda siap tempur.

Rini kembali kudekap dengan pelan, penisku kutempatkan persis ditengah belahan vagina Rini.

“ Ouuuuuuuuuuuuh Om…….. Rini jadi basah Om………..”

“ Iya sayang ……….. Om Juga “

Kugerakkan pinggulku turun naik penuh irama , pelan pelan penisku menyentuh clitoris Rini.

“ A aaa duh Om…………..” Cengkraman tanga Rini seperti mau merobek kulit punggungku. Dia mulai teransang dengan hebatnya, matanya sayu dan redup, bibirnya merekah setengah terbuka dan basah oleh hasrat kewanitaan yang minta dipuasi.

Sementara aku mulai merasakan cairan panas mengaliri batang penisku, itu adalah cairan vagina Rini yang keluar bagaikan mata air pegunungan sukabumi., kental dan licin.

Kedua tanganku mulai membelai payudara Rini denga gerakan melingkar dari bawah keatas dan berakhir diputingnya yang tegak berdiri.

Aku menyadari ini belumlah saat yang tepat untuk melakukan penetrasi, Rini harus diberi kenikmatan puncak senggama dengan cara lain, setelah nikmat klimaks itu dia cicipi buat pertama kali didalam hidupnya, barulah hal itu akan kulakukan.
Pelan pelan kedua kaki Rini kudorong kepinggir, sekarang vagina Rini terbentang jelas dihadapan penisku. Bulunya sedikit kepirangan ( ngak pernah disampoin kali ) tepat diatas clitorisnya bulu tersebut membentuk lingkaran kecil seakan disiapkan buat tempat pendaratan lidahku.

Aku sudah mau menjilat clitoris itu sambil menunduk tapi tiba tiba …
“ Om jangan dijilat ya…………… Rini pasti ngak tahan, kata teman teman kalau vagina Rini dijilat, Rini pasti lansung klimaks……….. oooouuuuuuh padahal Rini masih kepingin lebih lama ngerasain seperti ini. “
Ku urungkan niat untuk menjilat vagina Rini yang sudah terbuka lebar tersebut. Kulit diseputar vagina itu putih dan bersih, sementara ketika bibir vagima kusibak dengan jariku, kelihatan warna merah membayang dipinggir bibir dan lubang vagina yang sekarang telah dipenuhi cairan putih bening nan wangi.
Kakinya kuangkat lebih tinggi dan sedikit mengangkan sehingga bibir vagina Rini betul betul terbuka menantang penisku.
“ Rin … kita peting aja dulu ya……….”
“Peting itu apa Om……………..”
“ Nih . begini nih “

Batang penisku kuletakkan persis ditengan tengah bibir vagina Rini dan dengan gerakkan turun naik yang berirama penisku mulai menggosok bibir vagina dan clitoris Rini.

Aku merasakan tangan Rini mulai menekan pinggulku agar batang penisku lebih erat menepel di vaginanya. Gerakkanku semakin cepat dan pingul Rinipun mulai turn naik seirama tarian dangdut penisku. Lendir vagina Rini semakin banyak membuat penisku dengan leluasa bergerek didekapan vaginanya.

Akibat licin dan hangat, serta sensasi clitoris yang tersentuh oleh ujung penisku, aku mulai merasakan gerakan sperma menyeruak ingin menyemprot, kukendalikan diri agar airbah sperma ku jangan tumpah duluan sebelum Rini dapat kupuaskan.

Gerakan Rini semakin lama semakin liar, dia mulat menggigit bahu dan tetekku, jemarinya mencengkram kencan pantat belakangku.

“ Oooooooooooommmmmm Riiiiiiiiiini ngerasa melayang ……………….dan ooooouuuuuh ada yang mendesak dari bawah vaginaku………. Ohhhh apa ini kok rasanya seperti ini………………. Ooooooooooooooommm Rini ngak tahan….. Om tolong gosokkan penisnya yang kencang………………ooooooooooouhhhhhhh hhhh dia datang ouhhhhhhhhh. .

Sebelum Rini terkulai lemas karena klimaks pertamanya, akupun merasakan gerakan sperma yang tiba tiba kuat menekan dari sela sela kedua torpedoku, terus meniti batang, terus kebagian kepala dan “ oooooooooooooooooOO OOOOOOuuuu sekarang tepat diujung penis OOOuuhhhh ……….. Rin…………. Ommmmmmmmmmmmmm lepasssssssssssssss sssssssssayang………..

Spermaku muncrat menyirami pusar Rini yang putih bersih, sperma itu begitu kental seperti ingus yang udah mingguan nginap dihidung., diam dan sama sekali tidak meleleh ke bawah, sekalipun dia dipinggir perut Riniku yang telah tertidur pulas.

Jam 12 malam kami terbangun karena lapar, tetapi sebelum bangun tiba tiba aku menyentuh payudara Rini. Akibatnya Ruar biaa………….sa . Rini lansung teransang dan mencium bibirku penuh semangat. Tak ada pilihan lain biarkan perut menunggu sebentar, toh yang bibawah perut juga kelaparan.

Ciuman Rini kusambut dengan hangat, pelan tapi pasti pergumulan kembali terulang, remas berbalas remas, kecup dibalas kecup, jilat dibayar jilat, dan itulah yang saat ini sedang aku lakukan.

Vagina Rini kusibak dengan jariku, ujung lidahku menerobos dengan lembut menuju clitorisnya. Clitoris itu kuhisap bagaikan menghisap puncak es cream, lembut, pelan dan sedikit dijilat dengan ujung lidah.

Dengan gerakan tiba tiba Rini mebalikkan tubuhku sehingga dia sekarang mengangkangi kepala ku dengan vaginanya dan multnya persis berada didepan penisku.

Bibir Rini yang lembut dan basah kurasakan menyentuh lubang kecil diujung penisku
“ OOOuuhhh Rin jilat terus sayang……………jangan kena gigi ya….”
“I yyyyyyy aaaaaaaaaa Om tapi Om jangan diam dong ………”
Aku lupa dengan tugasku karena keasyikan dihisap Rini

Lidahku kembali beraksi, kali ini sedikit menerobos kedalam vagina karena posisi ku tepat dibawahnya. Rini menggelinjang hebat………….. pahanya makin menjepit mukaku, tapi hisapan dan kulumannya dipenisku juga semakin kencang. Kupikir inilah saat nya keperawanan Rini harus kuambil. Dengan klimaks yang dia rasakan ditambah dengan ransangan yang saat ini dia alami, maka penetrasi pertama ku kedalam vagina Rini kukira tidak akan membuat dia kesakitan.

Posisi kurubah, sekarang Rini telentang tepat dibawahku, kulihat bibirnya masih berlepotan ciran bening penisku, dia mejilat sudut bibirnya dan cairan itupun besih menghilang.

Kakinya terentang membuat posisi vaginanya jelas terbuka, pelan pelan kutempatkan ujung penisku dilubang vagina Rini tetapi aku masih dian. Aku ingin dia merasakan sensasi dan getaran hangat dari ujung penisku.

“ Oooooom ayo dong”, Rini menyodorkan payudara kirinya untuk kuhisap

“ Mmmmm . “ aku lansug menghisapnya, tubuh Rini kembali bergetar hebat dan tanpa dia sadari. Ujung runcing penisku pelan pelan telah membuka jalan masuk ke vaginanya.

“ Ommmm ……….. perih………” Rini mendekapku ketika batang penisku telah hampir separuh jalan menuju singasananya.

Dinding vagina Rini yang masih perawan terasa menjepit dan menahan gerakan maju penisku, itu mungkin yang mambuat dia merasa sedikit perih. Kutarik penis ku dengan pelan, ujungnya kuarahkan ke Clitorisnya. Dengan gerakan mencongkel yang lembut ujung penisku beradu dengan clitorisnya.

“oooouuuuuuuuOOOOOOO OOO Om aku angak tahan………..”

Melihat Rini mulai terangsangh hebat, sasaran penisku kembali kuarahkan kejalan yang benar, yaitu lubang kenikmatan. Kali ini ujung penis menerobos dengan lancar.

“ Oh ouhhhh masuk semua ya Om………..! rasanya sesak sekali.”
“ Masih perih saying >>>>>” kataku berbisik dikupingnya

“ Ngak papa OOOmmmm terus aja”
“ Nih …. OOOOM tusuk ya……..”
“ Iya OOOOOOOOOOOm ,… yang dalam Ommmmmmmmm .”
“ Iya.. Om udah masuk semua nih, Rini ……………oh Rini……… terimaksih ya …. Sungguh nikmat sekali saya……………..ng”
“ Iya O………….m ini hadiah istimewa dari Rini………..”
“Ohhhhhhhhhh Om…….. Rini ngak tahan .terus Om. yang kencang Om………… Ohhh iya Ommmmmmmmm terus . kayak itu ………..aja Ouhhhhhhhhhh! !!!!!!!!! !.

Dengan iringan erangan panjang Rini mencapai klimaks untuk kedua kali dalam hidupnya.

“ Om .. maaf ya. Rini nagk tahan………, padahal Om blum lepas kan………..?”
“ Ngak apa sayang ……….. tidak satu jalan ke Jakarta, lewat Priuk bisa, lewat bekasi juga bisa.”
Rini mengerti apa yang kumaksud, penisku segera dibelainya dengan lembut, makin keujung, makin ke ujung terus.terus…………..dan terus “ ooooooooooooud aku ngak tau apa apa lagi, yang aku rasa hanya panasnya lidah dan bibir Rini diseputar kepala penisku.
“Rin……….. sayang terus ……….. hisap………. Sambil dijilat dikit……………… oh.ya dengan ujung idah sayang…………Oh. Pandangan ku gelap, dunia terasa mengambang, tubuhku seperti mengapung, ketika semprotan demi semprotan cairan kenikmatan muncrat dari ujung penis dam membasahi bibir dan hidung Riniku.

Tiga tahun sudah berlalu, sekarang aku kehilangan Rini dia hilang ditelan banjir bandang Bahorok . Dia bekerja sebagai guide lepas pada satu perusaan pengelola pariwisata.
Selama dia di SMU dulu, dia kukursuskan bahasa Inggris disalah satu tempat kursus ternama di dekat kantorku. Dengan modal bahasa dan wajahnya yang ayu serta sifatnya yang supel akhirnya dia diterima diperusahaan itu.

Masih kusimpan kaos oblong warna hitam dengan gambar lidah menjulur dan tulisan Bali dibawahnya, didalam lemari pakaianku. Itu adalah hadiah dari Rini sewaktu dia menerima gaji pertamanya.

Baca juga Narasi ini Wak! Campulut..



1 comment:

  1. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete

Berikan Komentar Anda pada Narasi ini, yg jjr yo !!